Laman

Selasa, 11 Maret 2014

Fenomena politik islam perspektif Islam di Indonesia



Pemikiran politik di indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini banyak diwarnai oleh politik yang mengatas namakan agama, hal ini dibuktikan rating partai politik islam lebih banyak di expose di berbagai media, baik media cetak maupun elektronik.
Menariknya, yang lebih banyak di expose di berbagai media cenderung membicarakan konflik daripada kerjasama politik, konflik yang dimaksud adalah terjadinya kesenjangan di internal partai politik itu sendiri. Pada tahun 2012, salah satu partai politik yang mengatas namakan partai islam melejit di berbagai media, di isukan telah melakukan tindak korupsi yang berupa pencucian uang terkait impor daging sapi.
Keadaan tersebut tentunya bertentangan dengan syariat islam yang mengharamkan seseorang melakukan tindak korupsi. Hal ini sangat menarik karena kesenjangan yang terjadi di internal partai politik sendiri bertentangan dengan basic perjuangannya. Anehnya, partai politik yang mengatas namakan islam selalu ingin menolak praktek korupsi itu sendiri. Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah apakah “islam” ini benar-benar ajaran yang menjadi tuntunan mereka atau hanya sekedar penarik perhatian masyarakat indonesia yang mayoritas ber agama islam.
Tentu kasus-kasus yang banyak dibicarakan di berbagai media ini sontak membuat masyarakat indonesia heran karena mereka yang mengaku “islam” melanggar syariat yang telah diajarkan oleh agama padahal Politik Dalam Islam Sebagai agama yang sempurna, islam mengatur semua aspek kehidupan manusia, mulai urusan sederhana seperti adab makan, tidur, ke kamar mandi dan seterusnya, sampai urusan keumatan bertetangga, bermasyarakat, dan bernegara. Sayangnya, selama ini banyak yang memahami islam dalam pengertian sangat sempit, yaitu sebatas ritual ibadah saja.[1] Kita harus prihatin dengan pola pikir masyarakat yang semakin sempit ini karena jika terus menerus seperti itu islam akan semakin sulit untuk berkembang. Sebaliknya, menghadapi kondisi tersebut, sebagian umat islam justru secara membabi buta mengadopsi semua ajaran bahkan  nilai yang berasal dari luar. Mereka begitu bangga dengan kemajuan dunia barat. Dan mereka menilai bahwa memang sudah saatnya bagi islam untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Biasanya kelompok inilah yang dikenal sebagai kaum liberalis. Kedua sikap ekstrim tersebut tentu tidak menguntungkan.[2]
Selanjutnya, masyarakat harus jeli dalam memilih wakil mereka untuk memperjuangkan nasib bangsa ini. Masyarakat harus bisa membedakan mana yang benar-benar mempunyai misi untuk mensejahterakan rakyat atau hanya selogan-selogan yang di rangkai dengan bagus namun tak ada implementasi yang nyata ketika sudah menduduki kursi pemerintahan. Selain itu, perlu kita sadari bahwa manusia bukanlah makhluk yang diciptakan untuk membuat hukum baru namun sebagai penggerak hukum yang telah diciptakan oleh allah SWT. Kalaupun kemudian ada oknum-oknum yang membuat peraturan-peraturan baru dengan tujuan untuk mengimbangi perkembangan zaman, hal tersebut harus tetap sejalan dengan apa yang Allah tetapkan.
Dalam ranah politik, islam juga mempunyai prinsip-prinsip dan landasan yang telah banyak dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Misalnya penegakan syariat. Selain itu, faktor-faktor penting dalam politik islam yakni Tauhid, Risalah, dan  Khilafah. Ketika faktor-faktor tersebut ditegakkan, maka ranah politik di Indonesia akan berubah ke arah yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar