Laman

Minggu, 14 Oktober 2012

resume "PATRIOT" karangan Mariah Audrey Loekito


Veris Nindyarini
20121060311186
Ilmu Hubungan Internasional/C


 I
Keluarga loe dan Audrey kecil
            Budi loekito (loe seg hoe) yang tak lain adalah ayah dari Maria Audrey Lukito dilahirkan di tulungagung, jawa timur, pada 24 Februari 1954 yang sangat terobsesi menjadi tentara di masa mudanya. Selain itu, dia juga merupakan aktivis dalam berbagai organisasi dan dia bercita-cita untuk mengumpulkan uang yang banyak agar dapat membantu anak-anak jalan di seluruh Indonesia. Ketika memasuki masa-masa menjadi mahasiswa budi loekito berhasil menjadi mahasiswa yang diterima di universitas favorit saat ini di Surabaya  (institute tekhnologi sepuluh nopember (ITS)) walaupun ketika itu unuversitas-universitas swasta tidak diakui Negara dan syarat masuk perguruan tinggi negeri sangat ketat. Pada tahun 1982 ia menikah dengan seorang wanita bernama Natali Angela Oenarta (Oen Siam Tan) yang juga merupakan mahasiswi di kampusnya di jurusan tekhnik kimia. Kepribadian kedua sosok ini sangat lah bertolak belakang. Sosok  Angela Oenarta yang hobby shopping, jalan-jalan, dan menonton acara kontes kecantikan. Dan Budi loekito yang akhirnya tidak menjadi tentara memutuskan untuk menggeluti bidang bisnis dan mendirikan perusahaan kecil di bidang transportasi. Dia juga menjadi manajer di perusahaan rekannya yang lebih besar. Namun, mimpi-mimpi yang ia miliki pada masa mudanya tampak tak pernah surut karena kegemarannya menonton film-film perang yang dibelinya secara berseri dan acara bincang-bincang politik di televisi sambali melontarkan komentar. 

 
            Pada Mei 1988, lahirlah seorang anak yang dapat memberikan kebahagiaan yan g sangat luar biasa bagi kedua orang tuanya yang diberi nama Maria Audrey Loekito akrab disapa Audrey dan kepadanyalah kedua orangtuanya melimpahkan mimpi-mimpi mereka yang tak kesampaian. Audrey kecil berkembang sangat pesat dan sangat gemar membaca. Pada salah satu buku yang dibacanya pertama kali, ia mengenal konsep kematian. Benar-benar Audrey kecil mempunyai daya nalar yang luar biasa karena dia mampu berfikir yang tentu anak seusianya belum mampu untuk melakukan itu. “suatu hari, semua makhluk hidup akan mati dan kita tidak pernah tahu kapan mau akan memjemput” kata buku yang Audrey baca. Kemuudian, Audrey berfikir “benarkah demikian?bahwa suatu hari, hidupku yang nyaman dan serba tercukupi ini akan berakhir?” dan “jika hidup ini  hanya sementara, maka harus ada makna, tujuan, arti dan gunanya. Aku tidak mau mati dalam penyesalan.” Pemikiran itu timbul ketika Audrey harus kehilangan dua orang yang sangat ia cintai yakni engkongnya yang meninggal pada usia 70 tahun lebih dan emaknya (nenek) yang menderita penyakit menahun yang telah merenggut kepribadian emaknya itu.
            Dalam pencarian jati dirinya, Audrey menganggap bahwa dia sendiri namu dia percaya bahawa Tuhan yang Maha Agung akan menolongnya. Suatu hari ketika berumur 5 tahun, diperjalanan ke sekolah, dia melihat fenomena seorang anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah yang kata ayahnya karena faktor biaya dan masih banyak yang bernasib seperti itu. Dalam hati kecilnya, Audrey ingin sekali membantu tapi dia tidak tahu apa yang harus dia perbuat. Kata ayahnya lagi, Negara dan pemerintahan yang hanya mapu membantu mereka. Ketika itu, Audrey memutuskan bahwa suatu saat dia akan akan duduk di bangku pemerintahan dan membatu rekan senegaranya. Namun, pemikiran itu tidak sejalan dengan ayahnya karena menurut ayahnya hidup diluar negeri lebih baik bagi anaknya.

 II
Zamrud Khatulistiwa
            Kali ini Audrey telah resmi menjadi siswa sekolah dasar. “Negara Indonesia disebut juga Zamrud Khatulistiwa. Alamnya permai, hasil buminya banyak. Sejak dulu Indonesia sudah di incar oleh bangsa-bangsa penjajah seperti Portugis, Belanda, dan Jepang. Sekarang, Indonesia sudah menjadi milik rakyat Indonesia. Pembangunan dan kelanjutan hidupnya ada di tangan orang-orang seperti Audrey, yaitu generasi muda bangsa yang peduli pada tanah air. Karena itulah, mereka mereka harus giat belajar, supaya bangsa Indonesia tidak dijajah lagi. Kalau rakyatnya pintar, mana mungkin penjajah berani?” begitu kata guru-guru yang memberikan pelajaran pada Audrey.
Namun jika renungkan, “Indonesia disebut Zamrud Khatulistiwa karena alamnya permai, hasil buminya banyak, Indonesia sudah menjadi milik rakyat Indonesia, dan pembangunan dan kelanjutan hidupnya ada di tangan generasi muda.” Di era reformasi ini kata-kata itu terdengar konyol karena seperti yang dapat kita lihat dengan mudah, kekayaan yang dulunya disebut melimpah, kini habis karena ulah manusia sendiri., rakyat Indonesia tertatih-tatih di Negara yang katanya adalah milik rakyat Indonesia sendiri. Bahkan, ada banyak orang yang meronta-ronta pada pemimpinnya namun tak ada jawab., dan bagaimana mungkin kita mengatakan masa depan Negara berada di tangan generasi muda (secara alamiah generasi muda bangsa adalah agent of control, agent of change, dan agent of social) saat ini yang kerjanya hanya main-main, tawuran, dan melakukan kenakalan-kenakalan remaja yang menurut mereka ‘keren’.
Seandainya saja semua generasi muda bangsa ini seperti Audrey yang sangat ingin menjadi anak pintar agar dapar berguna untuk negaranya. Namun, ada kalanya Audrey berfikir menjadi orang yang tidak pintar itu lebih baik karena pemikiran-pemikiran yang tidak sejalan dengan teman-temannya, dan hardikan dari gurunya karena pertanyaan Audrey yang tidak menurut buku paket. Namun, hal itu tidak menyurutkan Audrey untuk menjadi orang pintar. “aku harus pintar demi bangsa dan negaraku.”  Dalam hatinya meyakinkan dirinya.


 III
Tidak Punya Negara
Kata-kata yang diucapkan ayah Audrey kepadanya saat itu (setelah coblosan) cukup mengagetkan dan membingungkan Audrey. Diantara tiga partai yang oleh dipilih saat itu (golkar, PDI, PPP), ayah Audrey memilih golkar yang berada dibawah pimpinan Presiden Soeharto namun bukan karena dia suka terhadap soeharto tapi karena menurutnya dia yang paling melindungi orang china.



 IV
Perubahan Besar Dalam Hidup
Rasanya hidup ini terlalu sulit untuk diterjang dan hampir tidak mungkin membuatnya damai ditengah hiruk pikuknya Negara ini. Bahkan, disisi Audrey yang dipandang sebagai minoritas kehidupan yang tentram dirasa tidak mungkin. Dimana saat itu setelah masa pemerintahan Soeharto runtuh kedudukan mereka sangat terancam. Insiden dimana-dimana, banyak perempuan menjadi korban pemerkosaan, pengeboman, dsb. Namun, hal itu yang membuat Audrey terobsesi untuk belajar, belajar dan terus belajar agar dia dapat berguna bagi bangsa dan negara dan menginjakkan kakinya diluar negeri untuk mengenyam pendidikan kelak. Tekat dan kemauan yang kuat membuatnya selalu haus dan lapar akan ilmu pengetahuan. Tentu tidak hanya itu, perlu keingintahuan alamiah dan dorongan yang kuat untuk benar-benar bisa mencapai mimpi-mimpi kita. Jika mimpi hanya sekedar mimpi, kita akan menjadi siapapun maupun apapun. Mimpi yang dapat terwujud adalah jika kita bekerja keras untuk menjadikan mimpi itu bukan sekedar mimpi tapi kenyataan. Dan hidup dengan mmencontoh air yang hanya sekedar mengalirpun dirasa tidak cukup. Terkadang menerjang arus sangatlah perlu karena tidak ada mimpi yang diraih tanpa usaha. Tidak usaha yang dilakukan tanpa perjuangan dan tidak ada perjuangan yang bernilai tanpa sebuah pengorbanan. Kita harus berani berkorban jika ingin mendapatkan sesuatu yang besar. Belajarpun tidak hanya bisa didapatkan di sekolah. Kita bisa mendapatkan banyak ilmu diluar sekolah misalnya di dunia maya (internet), lingkungan sekitar, dll. Hidup ini pun telah banyak mengajarkan banyak hal. Bagaimana kita bertahan ditengah kesulitan, bagaimana kita mengatasi cobaan-cobaan hidup, dsb. Maka hampir tidak ada waktu yang kita lewatkan tanpa belajar. Bahkan ketika dikatakan ”Indonesia itu hopeless. Kerusuhan dimana-mana. Took-toko dijarah. Dan tempat-tempat ibadah dibakar. Hukum yang adil tidak berlaku di Negara ini.” Disitu kita juga belajar bagaimana kita pribadi bertahan dan mengatasi hal-hal tersebut.



 V
Memecahkan Rekor
Setelah ada banyak rekor MURI yang didapatkan oleh Audrey (lulus ujian TOEFL Internasional usia termuda dengan skor 573 (usia 10 tahun 11 bulan), lulus ujian DELF (diplome d’etudes en langue francaise-diploma bahasa Perancis) A1-A3 usia termuda (12 tahun), TOEFL skor 670 (14 tahun), tes SAT (scholastic Aptitude Test) I & II)) ayah Audrey mendafkar dirinya ke PEG (Program for the Exceptonally Gifted) di Mary Baldwin College, Virginia, Amerika Serikat. Dengan beberapa trik, ayahnya membuat Audrey terpengaruh untuk mengisi formulir aplikasi yang disyaratkan PEG tanpa sadar. Pada bulan Desember 2001 tim PEG mengundang Audrey dan ayahnya untuk interview secara terpisah karena terkesan dengan semua jawaban Audrey dan prestasi akademis serta ekstrakurikulernya. Walupun banyak pihak yang menyarankan mereka untuk menunda keberangkatan karena waktunya yang masih tiga bulan setelah kejadian 11 September mereka tetap berangkat tanpa rasa ragu karena bagi Audrey langkah ini adalah langkah awal untuk membuat sesuatu yang besar untuk negaranya dalam hal pembangunan karena di tanah air dia tidak dapat dipuaskan degan fasislitas-fasilitas yang didapatkan sangat tidak memadai. 



 VI
Menjadi Indonesia di Amerika
Konsistensi untuk terus menimba ilmu tetap berjalan di negeri paman sam ini. Bahkan hampir tidak ada waktu senggang baginya karena banyaknya waktu yang dia habiskan untuk belajar. Setiap ada waktu libur di PEG, dia isi untuk mengikuti kursus atau semester intensif di kampus lain. Begitulah Audrey yang tidak pernah merasa kenyang dengan ilmu yang telah ia dapatkan. Pada weekend saja dia isi waktunya untuk berkunjung ke museum atau tempat-tempat bersejarah di sekitar kampus tempat dia menimba ilmu setelah transfer dari PEG yakni The College of William and Mary. Prestasinya di Negara inipun tak pernah menurun walaupun ada banyak saingan berat dari berbagai Negara. Sungguh membanggakan. Selain sebagai seseorang yang selalu berprestasi, Audrey juga sangat mandiri. Ini terbukti bahwa dalam keadaan apapun, cuaca yang ekstrim, tempat tinggal tidak menentu, harus berjalan kaki kemana-mana, dsb. Tidak menyurutkan niatnya itu semua dia lakukan untuk negaranya (Indonesia). Usaha-usaha ayahnya yang ingin Audrey melupakan Indonesia, nihil. Malah, Audrey merasa semakin cinta dengan Indonesia berkat sejuta perbedaan antara indo-amerika yang semakin menunjukkkan betapa indahnya Indonesia. Keinginan Audrey untuk mengubah Negara agar semakin majupun semakin kuat karena di Negara paman sam yang selalu dia lihat adalah sebuah pemborosan ditengah kesadarannya bahwa ada banyak orang yang sangat kesulitan untuk mendapatkan makan di negerinya.
 
 VII
Esai Filsafati
Pada tahun pertama kuliah di negeri Paman Sam, Audrey dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan kurikulum universitas di USA yang melarang mahasiswanya untuk mengambilkosentrasi jurusan di tahun pertama. Dan ketika itu, Audrey memilh jurusan kitab Yunani (Kitab Perjanjian Lama dari Injil berdasarkan sudut pandang sekuler) yang dimana Audrey diharuskan membuat esai10 pertanyaan kontroversial. Esai yang dituliskan oleh Audrey  mendapatkan apresiasi yang bagus dari professor pengajar. Dan ia pun dibujuk oleh profesornya untuk memilih jurusan Filsafat atau Religi. Akan tetapi saat itu, Audrey tidaklah begitu tertarik dengan ilmu-ilmu tersebut dan lebih tertarik pada ilmu Fisika dan ilmu politik.
Adapun salah satu cuplikan dari isi esai yang ditulis oleh Audrey, yaitu menceritakan tentang Hagar dan Ismail yang dimana topik ini adalah topik yang paling terkenal dari topik-topik yang Audrey usung dalam esainya, karena hal ini yang menyebabkan terjadinya dua bangsa, dua agama terkuat di dunia, Islam dan Kristen. Dan hal ini banyak disangkut pautkan dengan perselisihan yang tak henti-henti dari 2 kelompok ini sebagai kesalahan Abraham menikahi Hagar. Dalam esai ini pula Audrey mencoba mengkritisi hal-hal yang controversial yang mengenai kitab yahudi.
 
 VIII
Esai Kesenjangan Gender
Dalam esainya kali ini, Audrey menuliskan tentang esai yang membahas ilmu politik. Melalui esainya ini, Audrey dapat mendapatkan nilai yang tinggi, walaupun pada awal pembuatannya Audrey yang masih 14 tahun dan tidak begitu mengerti tentang latar belakang sejarah dan politik Amerika Serikat merasa kesulitan mengenai perihal subjek yang belum dikenalnya. Akan tetapi, ia pantang menyerah dan terus berusaha bahwa apa yang ia lakukan saat ini pasti akan bermanfaat bagi negaranya Indonesia tercinta. Meskipun demikian, Audrey memutuskan unutk mendalami ilmu fisika daripada ilmu politik, karena universitasnya tidak menyediakan kelas yang membahas perkembangan actual Indonesia.sehingga ia merasa sangat jauh dari Indonesia.
Berikut ini ringkasan esai Audrey tersebut.
Pendahuluan
Istilah “kesenjangan genre” pertama kali ditemukan pada tahun 1980 pada saat pemilu 1972 yang dimana ada 6,7% perbedaan yang nyata antara pria dan wanita yang memberikan suara untuk calon dari partai Demokrat dan hal ini mencapai perbedaan yang sangat tinggi pada 1994 dengan 14,4% perbedaan.
Hipotesis
Hipotesisnya ialah wanita lebih merasa tidak aman dari pada pria. Oleh karena itu, mereka lebih suka mencampuri urusan pemerintahan, karena mereka cenderung lebih peduli kepada kehidupan sosial yang mengenai masalah-masalah kesejahteraan dan perawatan kesehatan. Akan tetapi, hal ini berbeda dengan pria yang lebih cenderung mengurusi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ekonomi negara saja.
Wanita jika disuruh memilih, mereka lebih condong termasuk kearah pemilih yang sosiotropis. Sementara pria lebih cenderung menjadi pemillih dompet. Selain perbedaan alamiah yang dasar dalam prilaku pria dan wanita, pendidikan juga memainkan peran yang penting pula.
Kesimpulan
Dalam hal kesenjangan gender disebabkan paling sedikit empat faktor, yaitu ; perbedaan bawaan antara pria dan wanita, kesenjangan gender dalam pendidikan, wanita lebih tidak konsisten dalam hal ideology dan identitas partai, dan tradisi.
Tradisi menjadi factor yang paling penting, karena dimana dan kapanpun wanita selalu dianggap berbeda dengan laki-laki dan tradisi ini tidak dapat dihilangkan dengan cepat. Hal ini telah berjalan selama 130 tahunan yang menyebabakan wanita lajang lebih tidak beruntung secara ekonomis dari pada pria lajang, wanita lebih memiliki kemanjuran politik yang jauh lebih rendah dari pada pria, dan mendapat penghasilan yang lebih rendah dari pada pria tak peduli pendidikannya. Selama tradisi ini masih ada maka kesenjangan gender yang misterius ini akan tetap meninggalkan jejaknya di jalur manusia.

 IX
Disertasi Akhir Analisis Neutrino
Di penghujung masa mahasiswa tingkat 1, Audrey berusaha untuk lebih memefokuskan lagi pada matakuliah ilmu fisika dan mulai mengesampaikan menulis esai yang topiknya diluar fisika. Skripsi Audrey membahas mengenai analisis neutrino yang dipancarkan oleh radioaktif Potassium dari inti bumi. Tujuan dari penulis ialah untuk melengkapi pemahaman atas koompleksitas aspirasi Audrey. Ia bermimpi agar hal ini dapat berguna di Indonesia tetapi dipandang sebelah mata oleh siapa pun di Indonesia. Cuplikan dari skripsi yang berjudul ”Analisi Neutrino yang Dipancarkan Radioaktif Potassium dari Inti Bumi” membahas mengenai perkembangan sejarah neutrino, yang ditemukan pada 1930, ketika para ahli fisika menentukan masalah pada kerusakan nuklir beta.
Neutrino ialah elektrik netral, memutar ½ partikel yang berinteraksi sangat lemah dengan materi yang melalui kekuatan nuklir dan gravitasi yang lemah. Neutrino dibagi menjadi 3, yaitu neutrino electron, neutrino tau, dan neutrino muon. Mass eigenstates tidak sama dengan flavor status, dan keduanya tidak cocok, maka memungkinkan osilasi rasa.
Dalam tesis ini, pada mulanya kami akan melihat konsep osilasi rasa neutrino, baik dalam kekosongan maupun dalam hal kepadatan konstan dan variable, kemudian di lanjutkan dengan penelitian sesungguhnya: keberadaan dan kelimpahan dari 40 19K pada inti yang menghasilkan neutrino elektron, tingkat dan energy reaksi, dan kemungkinan pendetksisnya oleh Borexino.
Dalam tesisnya, ia menyimpulkan bahwa apabila kita mengabaikan osilasi, Burexino juga akan menghasilkan neutrino electron yang dikarenakan oleh ketidak murnian. Maka konsentrasi kecil pada 40 19K akan menghasilkan sedikit sekali neutrino,  sehingga tidak dapat dibedakanmelalui latar belakang dan maka tak terlihat. Satu konsentrasi dari 800-900 ppm adalah penting, tetapi konsentrasi yang lebih tinggi mungkin diperlikan dalam relites, neutrino dan electron,yang dihasilkan oleh elemen radioaktifyang akan menghasilkan ragam sudut yang berhamburan, maka mengakibatkanmengakibatkan ketidak pastian pada variable cos α. Ketidakpastian ini dapat menyebabkan deteksi neutrino jadi semakin sulit.oleh karena itu, persyaaratan yang mungkin agar konsentrasi 40 19K bias lebih tinggi dari 800-900 ppm.   
Melalui tesis yang akhirnya membawanya untuk dapat ijazah S1 pada Desember 2004 benar-benar membuatnya bangga. Nama Audrey didalam ijazahnya ditulis dalam bahasa Latin. Tulisan dari gelar yang disematkan oleh kampus untuknya ialah Scientiae Baccalaureum, SummaCum Laude. Sleain mendapat ijazah, Audrey juga dilantik menjadi anggita Notional Society of Collegiate Scholars (NSCS) dan Golden Key International Honour Society, yang dimana keduanya ialah perkumpulan kehormatan akademis yang ternama. Namun, yang paling membanggakan ialah dilantiknya Audrey sebagai anggota Phi Beta Kappaatas nominasi dari Departemen Fisika Willam & Mary. Untuk dilantik menjadi anggota NSCS atau Golden Key hanya cukup dengan IPK yang tinggi. Akan tetapi, untuk dapat menjadi anggota Phi Beta Kappa seorang mahasiswa haruslah di nominasikan oleh departementnyamasing-masing.
Setelah lulus S1 audrey mendapat banyak rekomendasi dari para profesornya yang dapat mempermudahnya untuk melanjutkan S2 disana. Apalagi dia telah berhasil lulus ujian GRE setahun sebelumnya dengan nilai yang cukup sempurna dan universitas Yale-pun siap membeasiswai dia sebagi anak didikya. Namun, Audrey dilain sisi, juga tidak dapat melupakan wajah-wajah anak-anak miskin yang ia lihat semasa kecil. Melaluiberbagaipertimbangan yang cukup membinggungkan, akhirnya Audrey memutuskan unutk kembali ke tanah air, karena rasa sayangnya terhadap Indonesia dan ingin merubah Indonesia kea rah ang lebih baik. Selain itu, tujuan Audrey selama ini ia belajar hanyalah untuk bangsanya yang tercinta dan ia sadar bahwa takdinya tidaklah untuk menjadi seorang ahli fisika, tetapi untuk memajukan bangsa Indonesia. Audrey pun pulang dengan membawa gelar sarjana yang disematkan padanya  oleh Universitas William and Mary.



 XI
Fatamorgana
benar yang dikatakan audret bahwa yang paling dirindukan dari amerika adalah integritanya karena dia tidak bisa mendapatkan satu hal itu di Indonesia. Selain itu, profesionalitas pendidikan di Indonesia pun sangat minim dan sangat bertolak belakang dengan Negara paman sam ini. Di Negara ini, para dosen dan staf pengajar percaya bahwa tugas mereka adalah melayani ilmu pengetahuan. Dan mereka sangat mampu untuk membedakan masalah pribadi dan masalah pekerjaan. Maka, walaupun ada pendapat muridnya yang berbeda dengannya bahkan sampai tidak bisa menjawab pertanyaan muridnya, bukanlah dianggap sebuah masalah besar. Sedangkan di Indonesia, banyak pengajar yang tidak segan member nilai E atau tidak meluluskan muridnya karena hal tersebut. Di posisi murid, perbedaan indo-amerika juga sangat terlihat karena siswa/mahasiswa di Negara kita seolah tidak sadar akan integritas. Ini terbukti dengan adanya Plagiarism dimana-mana. Di Negara paman sam, mereka sangat bangga dan menghargai kode kehormatan, bagi mereka tindaka kecurangan adalah tindakan yang menjijikkan. Bagaimana demikian? Selain martabat dan harga diri yang tinggi, hal ini disebabkan oleh tingginya nilai wawasan dan ilmu pengetahuan. Mahasiswa di Negara maju menuntut ilmu tidak bukan hanya demi mengejar gelar semata; mereka benar-benar menghargai dan menjunjung tinggi nilai sebuah pendidikan yang baik.
Akan tetapi, yang paling disayangkan Audrey pada masa mudanya ialah kenaifan. Ia merasa bahwa masa mudanya berakhir ketika ia berhasil mendapatka ijazah S1-nya dan kembali ke Tanah Air. Dulu, Audrey menganggap orang-orang yang berobat keluar negeri sebgai makhluk-makhluk yang munafik dan teak percaya tehadap kemampuan negaranya sendiri, akan tetapi kini ia mulai sadar bahwa alasan mereka lebih memilih luar negeri, karena seringnya terjadi mala pratek yang menyebabkan sang pasien tidak kunjung sembuh dan lebih cenderung digunakan sebagai barang percobaab para dokter. Dan ia pun mengerti bahwasannya orang yang menetap di luar negeri kebanyakan orang-orang yang merasa tidak tahan dengan atmosfer yang menyesakkan dan menjadi kerdil di negeri sendiri.
Penyakit-penyakit yang telah menjangkit tanah air kita ini ialah mengenai mulai hilangnya jiwa, atau identitas, dari bangsa Negara Indonesiayang saat ini menyebabkan maraknya masalah-masalah korupsi, terorisme, keserakahhan dan percahan.dahulu ketika kita dijajah Belanda dan Jepang, hasrat untuk mengusir penjajah dan merdeka sangatlah besar. Akan tetapi kini hanya sebuah kenangan.
Kita mengharuskan semua pelajar sekolah untuk menghafalkan Pancasila dan UUD, tetapi penerapannya tidak ada. Dan selama ini “Persatuan Indonesia” hanyalah sebuah teori diatas sebuah kertas dan “Indonesia Raya”yang kita dampakan tidak akan pernah terwujud dan hanya sebuah fatamorgana. Jika, kondisi Indonesiatetap saja seperti ini tanpa suatu perubahan yang dilakukan. Sudah waktunya kita buang budaya-budaya yang sangat merugikan bangsa kita seperti, mencotek, membenci suatu kelompok tertentu, tidak peduli dengan lingkungan, mengkonsumsi narkoba, dan melakukan seks bebas. Jika, hal ini tidak segera dihilangkan, maka Indonesia akan hancur karena Indonesia akan dipenuhi dengan orang-orang yang bodoh, saling bertikai, kecanduan obat-obatan, dan sebagainya, yang dimana akan melumpuhkan Indonesia dan membuatnya tidak sejahtera.
Demokrasi atau kerakyatan yang sejati adalah yang dipimpin oleh hikmat kebiksanaan, seperti yang dimaklumatkan dalam sila keempat Pancasila. Bukan demokrasi yang selama ini yang ada di Indonesia saat ini. Sudah sepantasnya kita sebagai generasi muda harus belajar untuk menyalurkan ketidakpuasan dengan cara yang konstruktif, bukan destruktif. Dalam sila kedua dan kelima dalam Pancasila yang membahas tentang perihal suatu keadilan yang saharusnya. Dalam upaya kita untuk menegakkan keadilan, kita harus sadar bahwa bentuk keadilan manusia itu sosial (sila kelima), bukan keadilan yang mutlak. Dan yang harus selalu kita sadari ialah bahwa kemerdekaan kita tidak boleh ditelantarkan.jangan sampai kita memiliki mentalitas “sudah merdeka, ya sudah.” Karena di Indonesia masih banyak para penjajah yang terselubung dan selalu menguntit kita : perpecahan Negara, kebodohan dan sikap mudah diprovokasi, kemiskinan batin dan metal, keserakahan, serta iri hati dan dengki. Melalui itulah mereka mencoba melumpuhkan dan menghancurkan kita dari dalam, sehingga Indonesia Raya hanyalah sebuah fatamoragana belaka yang ada jauh di sana.
Dalam mempertahankan Indonesia, peranan para masyarakat dalam hal mempertahankan ibu pertiwi sangatlah penting. Perikemanusiaan merupakan salah satunya, yang dimana kita harus berusaha untuk mampu mensyukuri segala kelebihan diri sendiri dan orang lain. Selain itu, kita juga harus mendidik para generasi muda bangsa kita untuk bertanggung jawab, jujur dan disiplin dalam segala sesuatu. Dan yang terakhir, sadarlah bahwa nasib Negara kita ada di tangan kita masing-masing. Indonesia memiliki banyak potensi menjadi Negara Super Power dan Negara yang unik nan jaya yang banyak disegani oleh seluruh dunia. Dengan tanah kita yang luas dan alam kita yang kaya, tinggal kita sendiri yang harus peduli akan nasib tanah air kelak kita bagaimana. Akankah menjadi sebuah fatamorgana ataukan menjadi kenyataan ?. itu semua tergantung pada kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar